Sekilas Tentang Remaja

97 Pembaca

Parenting is penting

Pendidikan Anak
Pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting karena mau tidak mau masalah anak pasti ada dan akan selalu datang silih berganti.

Banyak sekali masalah-masalah anak yang dibebankan kepada sekolah dan sekolah tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menerimanya dan berusaha untuk menyelesaikan setiap masalah-masalah yang muncul dari anak-anak tersebut khususnya yang menimba ilmu di sekolahan itu.

Tipe orang tua yang memasukkan anak ke pondok

  1. Tipe orang tua seperti orang yang membawa baju kotor ke loundry, dia tidak mau tahu sulitnya membersihkan pakaian tersebut dari kotoran-kotoran yang menempel, dia tahunya pokoknya pakaian itu jadi bersih setelah dimasukkan ke londry. Biaya berapa pun tidak masalah yang penting pakaian itu jadi bersih, demikian juga ketika memasukkan anak-anaknya ke sekolahan, Masalahan apa pun yang ada pada anak tersebut dia tidak akan peduli yang penting sudah memasukkannya ke dalam sekolahan dan tahunya balik ke rumah anak itu sudah bersih jadi anak shalih.
  2. Tipe orang tua seperti desainer, orang tua model ini telah mempersiapkan anaknya menjadi anak yang terdidik dan pandai dia memasukkan ke sekolahan tersebut supaya anaknya dipoles menjadi lebih bagus dan lebih indah. sehingga Anak-anak tersebut memang sudah terprogram di rumah sehingga di sekolahan hanya tinggal memolesnya saja, anak-anak seperti inilah yang biasanya jadi sukses.

Di tengah-tengah menjamurnya sekolah masalah anak-anak tetap tidak ada habis habisnya akan terus ada dan akan datang silih berganti.

Di zaman ini orang tua kita semua hanya satu, siapapun dia orang tuanya cuma satu yaitu Google. Peran kita sebagai orang tua sudah tergeser oleh Google, anak-anak terutama remaja dalam masalah apa pun mereka selalu bertanya kepada Google dan gurunya cuma satu yaitu Youthube. itulah fakta yang ada diakui atau tidak diakui kenyataannya memang seperti itu

Sehingga tanpa sadar posisi kita telah tergantikan oleh Google.

Lawan kita saat ini adalah google.

Terlebih lagi sekarang telah muncul robot pintar AI nanti lama-lama bisa jadi manusia akan tersisihkan tehnologi AI.

Artinya tantangan mendidik anak ke depannya bertambah berat, masalah ini kadang kita abaikan tapi itulah yang akan kita hadapi di masa yang akan datang.

Ibaratnya seperti makan buah simalakama, dimakan mati bapak tidak dimakan mati emak.

Maklumat anak sekarang luar biasa karena mereka adalah gen z, mereka lebih banyak tahunya.

Inbus informasi busuk, tiap hari banyak sekali informasi-informasi yang masuk ke kepala kita, sehingga saat ini makin banyak opsi, makin banyak pilihan.

Zaman sekarang tidak ada seorangpun yang tidak kenal HP, gadget dan iphone.

Remaja
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang pertama membagi-bagi usia manusia beliaulah yang pertama sekali membagi usia anak-anak, ketika anak-anak sudah berusia tujuh tahun beliau memerintahkan supaya anak tersebut diperintahkan salat dan jika anak tersebut telah berusia sepuluh tahun tidak mau salat beliau memerintahkan untuk memukulnya tentu dengan pukulan yang mendidik.

Anak-anak zaman sekarang lebih cepat baligh tapi akal dan kecepatan balighnya tidak seimbang sehingga banyak yang sudah baligh tapi sifatnya masih kekanak-kanakan belum mampu memikul tanggung jawab.

Usia anak-anak -bocah- berusia sepuluh tahun ke bawah.

Usia remaja 10-20 tahun.

Usia dewasa dua puluh tahun ke atas.

Banyak orang tua yang tidak tahu masalah ini sehingga salah dalam menyikapi anak-anak.

Ada yang menyikapi anak-anak yang sudah remaja tapi masih diperlakukan seperti anak-anak atau sebaliknya usia masih anak-anak atau bocah tapi diperlakukan seperti orang dewasa.

Ngaji itu duduk, diam, mendengarkan dan ketika ditanya menjawab bukan hanya diam saja.

“Maha benar orang tua dengan segala tindakannya.”

Satu kata untuk remaja supaya kita bisa mengenal mereka adalah nekat, dengan satu kata ini kita bisa benar-benar kenal mereka para remaja.

Cara menghadapi remaja:

  1. Hati-hati dalam menghadapi mereka para remaja karena mereka adalah makhluk transisi, dibilang dewasa belum, dibilang bocah juga tidak mau.
  2. Jangan sampai menyerah dalam menghadapi remaja karena mereka harus tetap dihadapi tentu dengan cara yang bijak dan dewasa sebab dewasa ini banyak orang tua yang yang menyerah, angkat tangan dan kaki, akhirnya hanya mengatakan terserahlah.
  3. Ketika menghadapi remaja orang tua harus memposisikan dirinya sebagai orang tua yang lebih berpengalaman, mampu mengarahkan mereka ke arah yang baik jangan sampai menghadapi merela dengan sikap sebagai seorang teman karena di luar mereka telah memiliki banyak sekali teman, yang mereka butuhkan adalah orang yang bersikap dewasa yang mampu membimbing dan mengarahkannya tanpa melukai perasaannya.

Remaja itu disebut nekat karena sudah mereka sudah memiliki power tapi akalnya masih kurang.

Orang tua harus berhati-hati jangan sampai mengancamnya karena mereka sama sekali tidak takut dengan ancaman orang tua, jika orang tua mengancamnya dengan ancaman disuruh pergi dari rumah maka mereka akan benar-benar pergi dari rumah tanpa perhitungan sama sekali yang akhirnya orang tua juga yang akan kelabakan.

Ada sebuah kasus seorang ibu mengancam anak perempuannya disuruh pergi dari rumah, anak itu benar-benar pergi dari rumah sehingga ibu itu kelimpungan dan menyesal sendiri, nangis-nangis.

Ada kasus lain seorang remaja menusuk ibunya berkali-jali sampai mati demikian juga bapaknya ditusuk beberapa kali tapi bapaknya tidak sampai mati.

Kenapa terjadi seperti itu? karena anak tersebut sering dibuli, dicela dan dikata-katain buruk, ketika masih kecil dia tidak berani berbuat apa-apa sampai akhirnya anak itu menjadi remaja, tapi orang tuanya tidak sadar kalau anaknya telah menjadi remaja yang memiliki power tapi akal masih kurang, dia tetap membulinya akhirnya anak tersebut marah dan nekat membunuh ibunya.

Walaupun biasanya nanti anak remaja kalau sudah melewati masa tersebut anak itu akan menjadi baik tapi tetap harus hati-hati dan wasapada dalam mendidiknya jangan sampai kecolongan.

Di Medan ada kasus seorang anak membantai semua anggota keluarganya, karena sejak kecil dia sering dibuli oleh orang tua dan saudara-saudaranya sejak masih kecil sampai usia remaja, akhirnya anak itu marah dan semua anggota keluarganya dibunuh dengan dipalu. Ada satu orang yang selamat karena pada waktu itu tidak ada di rumah.

Menghadapi remaja itu tidak gampang.

Mana yang lebih baik bagi orang tua menjadi seperti teman teman bagi anaknya atau menjadi benar-benar orang tua bagi anak-anaknya.

Jadilah orang tua itu jadi teman untuk anaknya.” benarkah?

Kalau kata-kata itu ditujukan untuk remaja maka tidak boleh setuju, tapi kalau ditujukan kepada anak-anak kecil usia sepuluh tahun ke bawah maka harus setuju.

Jika yang dihadapi bocah/anak-anak kita harus bersikap sebagai teman bagi mereka bahkan kita harus bersikap seperti anak kecil baginya, orang tua harus jadi seperti kanak-kanak supaya mengasikkan dan mereka menjadi senang supaya masa kecil mereka bahagia, dan mereka memiliki kenangan indah dengan kita sebagai orang tuanya.

Sebaliknya di hadapan remaja kita harus jadi sosok orang tua bukan jadi sosok teman, karena yang dibutuhkan remaja pada saat itu sosok orang tua bukan sosok teman karena teman di luar sudah banyak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap anak-anak menempatkan dirinya sebagai sosok teman.

Ketika anak-anak itu masih bocah jadilah teman untuk anak-anak itu, karena itulah momen terbaik yang akan meninggalkan kesan terindah bagi anak tersebut, supaya anak itu tidak menjadi anak yang tidak bahagia ketika masih anak-anak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap remaja betul-betul menjadi sosok orang tua/ayah bagi mereka bukan menjadi sosok teman.

Sebagaimana beliau bersikap terhadap Abadillah arba’ Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Amr.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Usamah bin Zaid ketika masih usia tujuh belas tahun menjadi panglima perang sikap yang beliau tunjukkan ini bukan sikap main-main tapi sikap serius, beliau menunjuka anak usia tujuh belas tahun menjadi panglima perang yang memiliki tanggung jawab besar, dibelakangnya banyak nyawa dipertaruhkan.

Tugas berat orang tua terbesar terhadap remaja adalah menyeimbangkan antara kemampuan berfikirnya yang masih kurang dengan powernya yang sudah besar.

Kemampuan berfikir remaja yang telah kuat powernya tapi berfikirnya masih lemah dibutuhkan bimbingan orang tua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan.

Jangan berkata terserah ketika berhadapan dengan remaja karena mereka belum menjadi manusia dewasa seutuhnya mereka biasanya masih labil, belum mampu bertanggung jawab penuh.

Usia rusd rata-rata dua puluh tahun ke atas.

Dalam menghadapi anak-anak harus berbeda-beda sesuai tingkatan usia mereka.

Orang tua disebut abawaih karena ayah dan ibu itu sepaket sama rata artinya keduanya harus merasakan tanggung jawab yang sama jangan sampai lempar-lemparan tanggung jawab, tanggung jawabnya sama, sama-sama mikir, sama-sama bekerja dan bekerja sama mendidik anak-anak.

Tugas penting orang tua terhadap remaja adalah memahami mereka.

secara umum Jika kita ingin sukses kita harus bisa memahami manusia lain.

Cara memahami remaja:

Mendengarkan mereka, jika kita ingin memahami anaknya yang telah menginjak usia remaja dengarkan mereka, perhatikan apa yang mereka sampaikan dengan baik, jangan sampai orang tua menghadapi anak dengan kalimat pokoknya, pokoknya dan pokoknya.

Keterampilan mendengar ini sangat bermanfaat karena tidak semua orang memiliki kemampuan mendengar.

Cara mendengar adalah menyimak perkataannya dengan baik.
Menyimak adalah mendengar dengan baik dan mampu memahaminya.

Mendengar di sini bukan maksudnya untuk membantahnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kemampuan mendengar yang sangat luar biasa.

Hindari memotong pembicaraan orang karena cara dialog paling buruk adalah memotong pembicaraan seseorang.

Tidak semua orang tua memiliki keterampilan mendengar yang baik padahal mendengar dengan baik adalah kunci kesuksesan mendidik anak yang telah remaja

Orang tua wajib memberi kesempatan kepada anaknya untuk berbicara dan mendengarkannya dengan baik.

Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim alaihissalam ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya Ismail alaihissalam, beliau mengajaknya berbicara terlebih dahulu sebelum melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pemahamannya dan apa yang akan disampaikan oleh anaknya itu, lalu mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan anaknya itu, setelah itu baru kemudian mengambil keputusan yang tepat.

Kisah Nabi Yusuf alaihissalam banyak sekali faidah yang bisa dipetik yang intinya menjelaskan tentang kemampuan luar biasa Nabi Ya’kub alaihissalam menyatukan kembali anak-anaknya.

Abu Layla Turahmin
Sabtu, 21 Juni 2024.

Disarikan dari ceramah Ust Abu Ihsan al Maidani

Masjid Jamilurrahman, 22 Juni 2024 setelah salat subuh

Tinggalkan komentar